Saturday, December 5, 2015

Orangutan

Halo. Aku orangutan.

Kamu pernah mencintaiku, lho. Kamu menunggu-nungguku pukul empat sore sambil membayangkan dunia imajinasi yang menyenangkan. Saking sayangnya padaku, kamu meremasku sekuat tenaga. Mungkin gemas. Mungkin tidak sabaran. Tidak seperti sebagian kawanmu yang merawatku baik-baik dalam kamar berharganya.

Tapi aku cinta kamu, kok. Meski hanya dua puluh menit. Aku ingat saat itu aku digenggam olehmu menyusuri jalanan komplek yang sepi. Lalu kau berlari membawaku sepanjang pematang sawah. Melompati selokan. Melompati sungai. Melompati jembatan.

Menit ketiga belas kamu bilang kamu bingung, mah gulali kapas atau bp-bp-an. Aku tidak tahu mana yang harus kusarankan. Kamu menghabiskan waktu meminta saran kawanmu juga. Pada akhirnya, kamu mau gulali kapas saja. Dan kamu meninggalkanku bersama anak baru.

Tidak apa-apa. Toh aku akhirnya ketemu anak manis lain seperti kamu. Anak yang ini mulai menceritakanku bahwa di pepohonan, selain aku, mungkin ada kuntilanak. Aku tertawa dan merasa lucu. Karena seumur hidup, aku tidak pernah ketemu kuntilanak di atas pohon.

Tidak apa-apa. Aku suka imajinasimu sebagai anak-anak. Meski tentang kuntilanak. Namun sayang ya, hari ini tidak ada anak-anak yang menungguku lagi, seperti kamu.

Bahkan kamu tidak pernah menungguku lagi. Hari ini, setidaknya, Sultan Mahmud Badarudin yang ditunggu-tunggu. Aku, orangutan, mulai dilupakan. Apalagi sejak koin perak itu sukses menggantikanku.

Tidak apa-apa. Aku paham. Setidaknya aku pernah menghiasi sejarahmu. Membuatmu berdebar-debar memilih mainan yang ingin kaudapatkan. Setidaknya aku pernah membantumu memiliki gulali kapas.

Sampai jumpa, dari aku orangutan yang duduk di atas pohon.

-Moemoe Rizal-
261115
Kupu Bistro
CS Bandung Writers' Club 9th Meeting

No comments:

Post a Comment