Alkisah di sebuah negeri antah berantah, tinggallah
seorang lelaki di dalam gubuk di tepi hutan. Lelaki itu sudah cukup
berumur, namun nampaknya belum ada niat dari dirinya untuk menikah.
Mungkin itupun alasan mengapa dia memilih untuk tinggal jauh dari
pedesaan. Agar tidak perlu mendengar gunjingan tetangga-tetangga yang
mempertanyakan statusnya yang masih lajang. Bukan berarti dia tak
menginginkan keturunan. Hanya saja belum bertemu jodoh yang tepat.
Tiap hari dia pergi ke dalam hutan, mencari binatang untuk
diburu ataupun buah-buahan yang jatuh dari dahannya. Terkadang jika
beruntung dia bisa membawa banyak makanan, namun tak jarang dia pulang
dengan tangan hampa. Alih-alih menggerutu, dia selalu bahagia apapun
hasil yang dia dapatkan di dalam hutan.
Suatu hari ketika dia berada di dalam hutan, dia menemukan
bagian hutan yang belum pernah dia sentuh. "Aneh, rasanya aku belum
pernah melihat tempat ini sebelumnya" ujar lelaki itu keheranan. Rasa
penasaran membuatnya memasuki jalan setapak yang ada. Ternyata jalan itu
berakhir di sebuah danau kecil yang airnya sangat jernih. Tampak sinar
matahari dari celah dedaunan pepohonan memantul di atas danau itu. "Wah
airnya tampak menyegarkan" pikirnya sambil memutuskan untuk membuka
kaosnya dan berenang di danau itu.
Tak lama berselang, sang lelaki itu sampai di tengah danau.
Awalnya dia tidak sadar bahwa dari tengah danau itu keluar
gelembung-gelembung sabun. Tanpa sengaja dia memecahkan gelembung itu
ketika dia bermain air di sana. Tiba-tiba dari tengah danau itu
keluarlah seorang makhluk kecil bersayap. Warnanya biru, secerah
lazuardi di atas langit.
"Hai kamu yang sedang berenang. Ada apa kamu memanggil aku?" tanya makhluk mungil tersebut.
Dengan terkejut lelaki itu mencari sumber suara tersebut.
"Maafkan peri kecil, aku tak bermaksud mengganggumu."
"Tak mengapa. Sudah lama tak ada yang mampir di danau ini. Aku senang bisa bertemu denganmu. Siapa namamu?"
"Paul, dan kau?"
"Aku biasa dipanggil Aria. Aku adalah peri mimpi. Aku bisa mengabulkan mimpimu. Apa kau mau?"
"Mimpi apapun?" tanya Paul dengan nada tak percaya.
"Ya, tentu saja. Apa mimpimu Paul?"
"Aku ingin memiliki keluarga kecil, mungkin seorang anak."
"OK, ayo ikut aku ke tengah danau"
Paul pun berenang mengikuti Aria yang terbang di atas danau
itu. Sesampainya di tengah danau, Aria tiba-tiba masuk ke dalam danau.
Saat itupun Paul merasakan arus kuat dari dalam danau menarik kakinya.
Sekuat tenaga dia berusaha melawan arus itu , menghentakkan kakinya
dengan cepat agar bisa berenang ke tepi danau. Apa daya arusnya yang
begitu kuat terus menariknya hingga ke dalam danau. Belum sampai ke
dasar danau, Paul telah kehilangan kesadarannya.
Ketika dia tersadar kembali, matanya mulai beradaptasi dengan sekelilingnya. Ternyata dia terbangun di gubuknya sendiri.
"Bagaimana aku bisa kembali ke sini? Bukannya aku tadi di tengah danau terhisap sampai ke dasar?"
Tak sempat dia berpikir, terdengar suara tangis bayi memecah
keheningan malam. Tak jauh darinya terdapat buaian kayu yang berisi
seorang bayi laki-laki.
Dan akhirnya Paul hidup bahagia selama-lamanya.
-Mikael Setiawan-
151015
-Mikael Setiawan-
151015
Coffindo
CS Bandung Writers' Club 3rd Meeting
CS Bandung Writers' Club 3rd Meeting
No comments:
Post a Comment