Showing posts with label 1# Eureka Moment. Show all posts
Showing posts with label 1# Eureka Moment. Show all posts

Friday, October 4, 2013

Eureka

perjalanan mempertemukan banyak hal.
saat bertemu hal tak enak.
saat bertemu hal baik.
saat bertemu ketakutan.
saat bertemu kegembiraan.
saat bertemu gejolak.
saat bertemu perbedaan.
saat bertemu keheningan.

saat bertemu orang se frekuensi secara random
di tempat sefrekuensi dengan perspektif yang makin meluas
dan diri telanjang tanpa beban, bebas, keluar
dan dengan pantulan toleransi,
saat jiwa keluar seutuhnya meninggalkan bagiannya disana.

disitulah ketenangan dirasa,
disitulah kebahagian terwujud,
disitulah diri muncul seutuhnya,
disitulah pertemuan panjang dimulai,
disitulah hidup terasa ringan.
eureka!

--//--

Kursi

Bandung, 3 Oktober 2013

Pernah kalian bayangkan hidup tanpa kursi?

Pak Lurah tanpa kursinya tidak akan jadi seorang lurah. Ridwan Kamil hanya seorang arsitek tanpa kursi baru nya di balai kota.

Pernah kalian tahu siapa pembuat kursi?

Mereka hanya tukang yang mahir memahat kayu. Atau tukang yang pandai mengolah besi panas. Mungkin juga seorang yang mahir mengikis batu.

Sebelum saya berangan jauh memiliki kursi di gedung bertingkat atau kursi-kursi lainnya di rumah parlemen, saya berangan menjadi pemahat kayu atau pengolah besi panas atau pengikis batu yang mahir membuat kursi.

Bukan hanya kursi Pak Lurah bukan juga hanya kursi Pak Walikota. Tapi kursi untuk banyak orang. Kursi untuk orang-orang yan saat mendudukinya bisa merasakan kenyamanan. Kursi yang dapat memberikan rasa senang saat orang-orang mendudukinya. Kursi yang bisa membuat orang Jepang berkata "kimochi ne!", kemudian tersenyum salut pada penciptanya. Kursi yang bisa membuat orang Indonesia berdesah "aaaaahh..."

--//--

Oh My God!

 Hari ini untuk pertama kalinya Nina diperbolehkan membawa sendiri mobil ke rumah temannya. Bersama dua sahabatnya Febian dan Sitta, ia berangkat menuju daerah Lembang. Febian yang sudah lama bisa nyetir duduk di kursi sebelahnya, sementara Sitta dengan waswas duduk di belakang. Mereka berangkat agak siang dan jalanan sudah mulai padat merayap. Perjalanan mereka lancar hingga sampai di komplek perumahan.

Rumah Nina memang berada di tengah kota. Hanya dengan mengikuti jalanan utama di dalam kota, sejam perjalanan sudah hampir sampai tujuan.

"Di depan belok kiri Nin!"

Nina mengangguk, setengah berpikir.

"Eh bukan.. bukan.. kanan Nin!" Febian kebingungan.

Nina panik dengan pertigaan yang semakin di depan mata, "Jadinya belok mana Feb?"

"Kayaknya kiri deh Nin."
Nina memutar cepat setirnya ke kanan.
"Loh Nin.. beloknya kiri bukan ke kanan."
"Iya kiri, kesini kan?" Nina berhenti dan melipir ke pinggir.
"Tadi harusnya belok kesana!" Sitta membela Febian dengan menunjuk ke arah yang berlawanan.
"Akhirnya lo salah belok, harusnya kesana.. tadi aja udah beberapa kali hampir salah belok tau!" Febian mengiyakan.
"Iya nih.. kenapa ya? Gue suka telat mikir gitu kalo panik terutama kalo lagi ditunjukin arah."
"Wah? Ada loh temen gue emang suka susah bedain arah kiri-kanan. Sekian tahun temenan gue baru tau.. mungkin lo juga kayak temen gue itu." Sitta geleng2

"Nggak lah.. itu gue telat mikir aja."

"Nggak loh, kata dosen gue itu kelainan otak gitu."

"Wah? Iya juga sih, pantesan kalau ditanya tiba-tiba tentang arah kiri-kanan suka lama.. harus mikir dulu gitu. Oh My God!"

--//--

Pots of Gold

Come on Ndut. Lo bercanda kan?” Begitulah reaksi dari  Bagas saat aku meneleponnya untuk memberitahukan bahwa aku baru saja mengundurkan diri dari perusahaan tambang emas dan tembaga terbesar di Indonesia yang beroperasi di Papua.

“Gue serius kok Gas dengan keputusan gue,” jawabku kalem sambil menyeruput hot caramel macchiato dari dalam tumbler ukuran tall milikku.

So could you please explain why the hell you abruptly downgrade your career: from multinational gold mining company to a local engineering local company in Bandung?” tanya Bagas dengan nada nyinyir khas miliknya.

Life is not always about chasing pots of gold Gas,” tanggapku kalem sambil memindahkan ponselku yang ketumpelkan di kuping kiriku ke kuping kananku.

“If it’s not about chasing pots of gold so what is it about then? Chasing a soul mate?” Bagas makin nyinyir. 

Aku hanya tersenyum sebagai tanggapan walaupun percuma Bagas yang kini tengah berada di Gorontalo sana tidak bisa melihat senyum penuh kegetiran itu.

“Jangan bilang lo pindah ke Bandung karena lo masih penasaran sama Cerulean!” tembak Bagas.

Aku hanya terdiam mendengar nama Cerulean disebut. Ia adalah sahabat satu lingkaran pertemanan kami sejak sama-sama kuliah di jurusan teknik sipil di institut yang bertetanggaan dengan kebun binatang Bandung.
Walaupun sama-sama lulusan teknik sipil, kami bertiga menempuh jalur karir yang berbeda. 

Bagas yang nggak sopan lulus duluan di antara kami bertiga, kini mendapatkan penempatan di Gorontalo oleh bank BUMN tempatnya mengikuti program ODP (Officer Development Program). Aku yang lulus di periode wisuda berikutnya langsung cabcus ke Papua karena lulus seleksi GDP (Graduate development Program) di perusahaan tambang emas dan tembaga yang beroperasi disana. Sedangkan Cerulian yang lulusnya paling akhir di antara kami memutuskan untuk stay di Bandung, meneruskan usaha kedai kopi yang telah menjadi warisan turun-temurun dari keluarga ayahnya.

Kedai kopi yang terletak di Dago Atas itulah yang merupakan tempat bermulanya pertemanan kami bertiga. Disana kami biasa menghabiskan waktu baik untuk sekedar nongkrong-nongkrong maupun berjibaku mengerjakan tugas dan laporan praktikum yang seabrek-abrek banyaknya. Di kedai kopi itulah aku jatuh cinta dengan Cerulean yang suatu kali menjadi barista yang membuatkanku secangkir chocolate espresso  latte lengkap dengan latte art berbentuk kepala singa, karakter hewan favoritku, di atasnya.

“Halo Ndut! Ndut! Lo masih hidup kan disana?” ucap Bagas yang kesal akibat adanya dead air di percakapan telepon kami.

“Iya Gas masih.”

“Ndut, sebagai teman Cerulean memang orang yang super baik dan menyenangkan tapi bagaimanapun juga dia itu playboy yang gonta-ganti pacar cem gonta-ganti sempak. Dan lo tahu benar akan hal itu kan?”

“Yeah maybe he’s just still looking for his heart’s lonely missing piece Gas makanya dia labil gonta-ganti pacar gitu,” aku coba membela Cerulian walaupun apa yang dikatakan Bagas memang benar adanya. 

Sebenarnya dulu aku sengaja menerima tawaran bekerja di Tembagapura, Papua untuk pergi sejauh-jauhnya dari Cerulean yang hobi banget gonta-ganti pacar. Aku yang terlalu konvenional harus memaksakan berpuas diri  tetap berada di dalam lingkaran pertemanan kami karena aku terlalu takut menyampaikan perasaanku padanya.

Aku berharap jarak dan waktu bisa memudarkan apa yang kurasa pada Cerulian.. Ternyata aku salah. Beberapa minggu yang lalu, sore di Tembagapura sedang cerah-cerahnya. Langit biru tak berawan menaungi kota dengan curah hujan tertinggi di Indonesia itu. Aku sangat cinta birunya langit. Sama seperti rasa cintaku pada Cerulean yang kebetulan secara etymology bermakna semburat biru yang menyerupai warna langit.

AKu menarik mengambil nafas cukup dalam dan menghembuskannya pelan-pelan sebelum akhirnya melanjutkan, “Gas, I just want to be as close as possible to him. I still wait for the moment he will proclaim ‘Eureka’ for finding me as the lonely missing piece he looks for.”

--//--

Ni Dia!

Lagi galau dengan kata "baik".

Curhat sana-sini dengan menyeret-nyeret pikiran, "harus tetap "baik" atawa lepas dari "baik" itu?" 

Separuh siang tadi, sekelebatan melihat bukunya Richard Branson, "SCREW BUSINESS AS USUAL, berbuat baik itu bagus untuk bisnis".

Terpaku. 

Sepenggalan waktu, aku berteriak "AHA! Ni dia yang gw cari" 

--//--

Summary of CS Bandung WClub 1# Gathering, 03 Oct 2013: Eureka Moment

Theme: Eureka Moment
Venue: Potluck Kitchen, Jl. Wasid (Bagusrangin) No.31
Date and Time: October 3, 2013 19.30 - 23.00
Dear folks,

Glad to have our CS Bandung Writers Club 1st gathering being commenced successfully last week. It was great (even greater than I had expected) to meet random people with each own different and beautiful insight about the theme we brought in. Though most people came with hesitation on their writing skills, finally we could pour out our idea into any form of writings.

And... below are the brief summary of the writings that were blossomed during the gathering:

- Me
I made a short (romance)story a girl who waits for a man she loves to find her as his other half of him

- Indah
She raised a daily topic about the lack of distinguishing left and right (while driving)that actually is one of brain dysfunction

- Muti
With her beautiful words she associated 'Eureka Moment' as the time which every traveler feel every time commencing their journey and reach the destination.

- Ana
She arranged beautiful lines to tell us how she find a book that could answered a matter bothering her mind.

- Maya
With his simple words vividly she write about chair and how she wanted to make a chair that would make people find pleasure when sitting down on it. *Voted as most favorite one*

- Erna
With her few simple lines, she wrote about the pleasure moment seeing the crash of wave on the sea.

- Tides
She shared her beautiful memory about her traveling time to Cangke Island (South Sulawesi)

- Rahmat
He shared his superb experience while watching F1 racing. *Voted as second most favorite one*

We wait for any other of you who keen to join this group and our next gatherings.

Keep writing!

Knock off your block!

-Ariana-

Thursday, September 26, 2013

CS Bandung Writers Club 1# Gathering, 03 Oct 2013: Eureka Moment

Hi guys!

CS Bandung Writers Club Bandung has just been established and the theme for its first gathering is 'Eureka Moment'.

Based on its etymology, Eureka is literally translated into 'I have found(it)'. That exclamation is famously attributed to the Greek scholar Archimedes. He proclaimed that word when he was in his bath tub and suddenly realized that he had just found the solution of the problem posed by Hiero of Syracuse. He was so excited and it led him to leap out of his bath tub and ran through the streets of Syracuse naked just to share his discovery.

For more recent time, Eureka moment may be associated with the last part of each Dora the Explorer episode. The time she and Boot (her monkey best friend) have just solved their assignment and happily, with her caprioles, she will shout, "We made it. We made it. We made it! Horray!" (Please forgive this childish part :P)

Well, actually I have been inspired to use this word as our first theme by the book written by Haruki Murakami titled "What I Talk When I Talk About Running". The book contains beautiful memories and intertwined obsessions with running and writing of its writer. In the second chapter, with his vivid memories and insight he wrote about his Eureka moment when he decided to be a writer. 

For some people though the idea has been deep rooted on their mind it's not easy to make it come true. There often be many lame excuses for us to procrastinate and even let the idea vanish into the air. As a geek, borrowing form physics term, I interpret that Eureka moment is the time when we have big impulse to change our momentum to do something.

Well, do you have any other interpretation of Eureka Moment? or have you even ever experienced your Eureka Moment?

Well just your bring idea and share it through writing on our (first) club gathering at Potluck Coffee Bar and Library (Potluck Kitchen), Jl. H. Wasid (Bagusrangin) No. 31, 7.30 PM - 10.00 PM (or I may say, until drop).

Hope to see you soon there.

-Ariana-

Note:
- you can write in any form of writing (poem, short story; fiction, non-fiction, etc) and any language (Sundanese, Bahasa Indonesia, English, or even Swahilis :P)
- To get any insight about this group and gathering, please check the the page of: CS Bandung Writers Club or its sister: CS Jakarta Writers Club
- For any queries please do not hesitate to contact me through my CS account (Arianko) or even mobile phone 082125838285